.

Sunday, November 3, 2013

Marah yang Tak Terkendali, Gangguan Jiwakah?

Marah yang Tak Terkendali, Gangguan Jiwakah?, Informasi Tentang Marah yang Tak Terkendali, Gangguan Jiwakah?  Kali ini sebuah artikel dari Kami yang berjudul Marah yang Tak Terkendali, Gangguan Jiwakah?  khusus buat Sahabat netter seluruh dunia, Salam jumpa semoga anda semua dalam keadaan sehat dan selamat datang di blog  saya  anda ingin mengetahui Informasi dan berita serta tulisan artikel tentang   Marah yang Tak Terkendali, Gangguan Jiwakah?  dari "Java's Group".  Mungkin artikel ini bisa menambah pengetahuan anda, kami  mengambil  bahan kajian dari berbagai sumber dan litelatur , buku-buku, berita,Informasi,tulisan dan pengalaman kami  yang berhubungan dengan Marah yang Tak Terkendali, Gangguan Jiwakah? serta inspirasi dari kami sendiri

Apakah anda pernah merasakan marah yang tak terkendali atau mungkin anda pernah melihat pasangan atau orang dekat anda melakukan itu? Saya sering dalam praktik menemui pasien seperti ini. Beberapa kasus menarik akan saya ceritakan dalam artikel ini.

Kasus 1
Wanita muda usia 27 tahun datang ke praktik saya dengan keluhan kesulitan mengendalikan emosi dan rasa marah terutama kepada pasangan hidupnya saat ini. Pasien merasakan kemarahannya itu bisa meletup dipicu oleh sesuatu yang kecil saja misalnya si pacar tidak membalas sms atau pesan BBM segera. Ketika bertemu dengan pasangannya dan kemudian terjadi keributan, pasien biasanya akan bertindak kasar dan memukul pasangannya sampai mengalami luka. Pasien mengatakan jika belum melihat adanya darah yang keluar dari tubuh pasangannya, dia tidak akan merasa puas. Pasien sering kali mencoba untuk menahan diri namun sulit dalam mengatasi keinginannya itu.

Gejala yang dialami pasien sebenarnya mulai terlihat sejak usia remaja awal di sekitar 12 tahunan. Waktu itu ketika mengalami kekecewaan atau mendapatkan penolakan dari orang lain, pasien sering kali melukai diri sendiri sampai menimbulkan luka. Pasien merasakan "kenikmatan" dari rasa sakit yang didapat dari melukai diri karena merasa beban yang dialaminya teralihkan. Saat mulai mengenal lawan jenis pasien baru melakukan tindakan kasar baik secara verbal dan fisik kepada pasangannya. Biasanya pasien baru berhenti memukul pacarnya jika sudah mengalami luka yang menimbulkan perdarahan. Namun setelah demikian pasien bisa kemudian sangat bernafsu sekali dengan pasangannya dan mengajak pasangannya tersebut untuk melakukan hubungan badan berkali-kali.

Kasus 2
Laki-laki usia 29 tahun sudah menikah dengan pasangannya selama 2 tahun. Pasien datang ke saya karena kesulitan mengendalikan marahnya. Marah bisa dipicu oleh berbagai macam hal seperti masalah rumah tangga, macet di jalan raya dan berselisih dengan saudara kandung. Jika sudah marah, pasien seperti lupa diri dan menghancurkan barang-barang yang di dekatnya. Sudah tidak terhitung berapa banyak handphone yang pecah karena dibanting atau dilempar saat pasien marah. Belakangan pasien sering lupa dan melakukan kekerasan kepada istrinya dengan menempeleng jika marahnya datang. Selesai melakukan tindakan tersebut pasien merasakan rasa bersalah yang dalam namun seringkali sulit mengendalikan marahnya dan tindakan fisik yang mengikuti marahnya tersebut.

Pembahasan Kasus
Apa yang diceritakan di atas hanyalah sebagian kecil dari kasus-kasus yang berhubungan dengan kekerasan akibat kemarahan yang tidak terkendali. Kasus ini belakangan semakin banyak didapatkan dalam praktik dan membuat gangguan pengendalian marah ini menjadi salah satu hal yang menarik perhatian dalam praktik saya sehari-hari. Banyak dasar terjadinya kemarahan yang tidak terkendali seperti pada kasus di atas.

Gangguan Kepribadian Ambang biasanya adalah gangguan jiwa yang paling sering terjadi. Selain itu, pasien seperti ini juga banyak terjadi pada Gangguan Pengendalian Impuls walaupun biasanya hal tersebut sering kali berlangsung sejak masih kecil. Keinginan melukai diri jika mendapatkan sesuatu penolakan adalah sesuatu yang berhubungan dengan masalah Kepribadian Ambang.

Secara biologis, hal ini bisa terjadi karena ketidakseimbangan serotonin di otak pasien. Memang mekanismenya mirip dengan depresi maka dari itu banyak ahli berpendapat bahwa depresi yang mengalami kekurangan serotonin tersebut juga bisa melakukan tindakan agresif terhadap dirinya sendiri dengan membunuh diri.

Penatalaksanaan dan terapi pada pasien gangguan kepribadian ambang memang tidak mudah. Seperti kebanyakan gangguan kepribadian jenis lainnya, pasien memang sering kali bermasalah dengan lingkungan dan kesulitan beradaptasi. Namun demikian, pengobatan dengan obat antidepresan SSRI seperti Sertraline sangat membantu. Banyak kondisi pasien yang melibatkan teknik konseling dan atau psikoterapi serta penambahan obat antidepresan dapat membaik. Semoga informasi ini membantu.

Salam Sehat Jiwa

Semoga tulisan atau artikel Marah yang Tak Terkendali, Gangguan Jiwakah? yang dibuat Kami,bermanfaat bagi anda semua,jangan kapok untuk membaca artikel selanjutnya, maaf apabila artikel Marah yang Tak Terkendali, Gangguan Jiwakah? banyak kekurang dan kesalahan baik Kata dalam tulisan maupun bahasan artikel ,maklum dalam tahap belajar , salam sukses , dan terima kasih dari Java's Group dan Team blog Hari Yang Cerah

No comments:

Post a Comment